Teknologi
Rekayasa Nuklir dengan Software MC/DC Berbasis Python
Aplikasi rekayasa nuklir banyak bergantung pada software dan pemrograman dalam melakukan perhitungan. Hal ini diperlukan untuk menyimulasikan fenomena-fenomena fisika yang ada dan memprediksi apakah perancangan desain maupun eksperimen nuklir dapat memberikan hasil yang diharapkan.
“Jika ingin membuat eksperimen nuklir atau perangkat nuklir akan membutuhkan banyak waktu dan sangat concern terhadap faktor safety. Sehingga perlu kita simulasikan dulu dengan pemrograman agar hasilnya sesuai dengan ekspektasi atau tidak,” ujar Ilham Variansyah, Assistant Professor, Senior Research dari Oregon State University (OSU) Amerika Serikat dalam Knowledge Sharing and Gathering ke-24 bertema “Development of MC/DC: a performant, scalable and portable Python – based Monte Carlo neutron transport code”, di Kawasan Sains dan Teknologi B.J Habibie, Serpong, dilansir laman BRIN
Ilham menyampaikan, ada beberapa metode untuk memodelkan fenomena-fenomena reaksi nuklir antara lain metode deterministik, di mana fenomena fisika dimodelkan menjadi persamaan matematik yang kemudian diselesaikan dengan metode numerik.
Selain itu, ada juga metode stokastik yang mana pada esensinya menelusuri pergerakan dan interaksi radiasi neutron dengan medium yang bersifat probabilistik—itu namanya metode Monte Carlo.
Lebih lanjut Ilham mengungkapkan, dia beserta timnya di Center for Exascale Monte Carlo Neutron Transport (CEMeNT) sedang mengembangkan MC/DC (Monte Carlo Dynamic Code) berbasis python.
Menurut Ilham, pengembangan berbasis python sangat unik, tidak untuk menggantikan software-software industri yang ada, tetapi untuk uji ide metode perhitungan baru dan juga menunjang pembelajaran keilmuan nuklir.
“Python ini bahasa pemrograman tingkat tinggi yang mudah dipahami. Sehingga, mahasiswa dapat lebih fokus ke implementasi algoritma dan metode perhitungan daripada syntax pemrograman yang rumit. Jika menggunakan tools lain, misalnya menggunakan bahasa pemrograman C++ atau Fortran, Itu learning curvenya lebih tinggi, lebih sulit,” bebernya.
Dengan MC/DC Python tools ini, sambung dia, literasi ide bisa jadi lebih cepat karena dapat dengan mudah mengimplementasikan dan menguji metode-metode baru untuk meningkatkan efisiensi perhitungan. “Di saat yang sama juga mungkin bisa menjadi bagian dari kurikulum pembelajaran komputasi nuklir,” tutur Ilham.
Dia menambahkan, dalam membuat software MC/DC berbasis Python ini memerlukan banyak persyaratan yang perlu dipertimbangkan hingga mencapai struktur optimal.
“Kita ingin membuat sebuah software yang ditulis dalam bahasa pemrograman python. Tetapi kita ingin performant dan juga scalable, bisa running dengan perhitungan paralel yang masif, dan juga portable, bisa running baik di CPU maupun GPU,” terangnya.
“Untuk beberapa kali kita merombak ulang kodenya untuk mencapai struktur yang menurut kita menuju ke struktur yang optimal,” tambah Ilham.
Pihaknya membuka kesempatan kepada periset Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk berkolaborasi mengembangkan fitur-fitur yang ada di MC/DC berbasis Python maupun melanjutkan studi di OSU.
“OSU juga terbuka jika periset BRIN ingin berkuliah teknik nuklir di OSU. OSU memiliki reaktor nuklir TRIGA yang multifungsi. Kemudian akan dibangun juga di OSU Collbaorative Innovation Complex yang dilengkapi super komputer powerful, yang diberikan langsung oleh founder dan CEO NVIDIA, Jensen Huang, alumni OSU,” jelasnya.
“Di samping itu, OSU bisa dikatakan founding place dari teknologi yang kemudian diadopsi olehNuScale, perusahaan ternama pengembang teknologi small modular reactor,” lanjutnya.
Kepala Pusat Riset Teknologi Reaktor Nuklir (PRTRN) BRIN Topan Setiadipura menyampaikan, BRIN telah membuka peluang beasiswa LPDP Targeted ke OSU.
“Saya berharap PRTRN dapat berkolaborasi dengan Oregon States University dan yang lebih penting kita tahu apa yang ingin kita buat,” harapnya.
Topan mendorong para periset memanfaatkan kegiatan ini sebagai langkah untuk membuat pemrograman sendiri. “Meskipun lama, sepertinya menarik untuk kita mulai berpikir membuat sendiri,” tandasnya.***
Headline
Ngeri! Ilmuwan Ciptakan Sistem AI yang Dapat Prediksi Waktu Kematian dengan Akurasi yang Mengejutkan
Temuan yang mengguncang dunia. Ilmuwan Denmark dan Amerika Serikat menciptakan system AI yang dapat memprediksi kematian seseorang. Ngeri kan?
Berikut ini ulasan yang dikutip dari Oddity Central.
Sebuah model kecerdasan buatan yang dikembangkan oleh tim peneliti internasional telah menunjukkan kemampuan untuk memprediksi peristiwa masa depan dalam kehidupan seseorang, termasuk waktu kematian mereka.
Life2vec, yang disebut model transformer yang dilatih pada sejumlah besar data untuk memprediksi berbagai aspek kehidupan seseorang, diciptakan oleh para ilmuwan di Denmark dan Amerika Serikat. Setelah diberi data dari catatan kesehatan dan demografi Denmark untuk enam juta orang, seperti waktu lahir, sekolah, pendidikan, gaji, perumahan, dan kesehatan, model AI tersebut dilatih untuk memprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya.
Menurut penciptanya, Life2vec menunjukkan kemampuan yang aneh untuk memprediksi kapan orang akan meninggal berdasarkan analisis data. Misalnya, ketika diujikan kepada sekelompok orang berusia antara 35 dan 65 tahun, setengahnya meninggal antara tahun 2016 dan 2020, alat tersebut mampu memprediksi siapa yang akan meninggal dan siapa yang akan hidup, dengan akurasi 78%.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Sune Lehmann Jørgensen di Universitas Teknik Denmark menunjukkan bahwa Life2vec dilatih secara eksklusif pada data dari Denmark, jadi hasilnya mungkin tidak sama untuk orang-orang di negara lain.
Namun, Jørgensen juga menekankan bahwa model seperti ini tidak boleh jatuh ke tangan perusahaan, meskipun mereka mungkin menggunakan teknologi tersebut pada kita.
“Jelas, model kami tidak boleh digunakan oleh perusahaan asuransi, karena seluruh gagasan asuransi adalah, dengan berbagi kurangnya pengetahuan tentang siapa yang akan menjadi orang yang tidak beruntung yang terkena suatu insiden, atau kematian, atau kehilangan ransel, kita dapat berbagi beban ini,” kata Profesor Jørgensen.
Life2vec saat ini tidak tersedia untuk digunakan oleh publik, tetapi pembuatnya menduga bahwa model serupa telah dikembangkan dan digunakan oleh perusahaan teknologi besar dengan sejumlah besar data untuk melatihnya.
Tim peneliti yang dipimpin oleh Profesor Sune Lehmann Jørgensen di Universitas Teknik Denmark menunjukkan bahwa Life2vec dilatih secara eksklusif pada data dari Denmark, jadi hasilnya mungkin tidak sama untuk orang-orang di negara lain.
Meskipun ada implikasi etis dari penggunaan model AI yang mampu memperkirakan berapa lama Anda harus hidup dengan akurasi yang mengejutkan, ada satu keuntungan yang tidak dapat disangkal – prediksi semacam itu dapat membantu Anda mencegah kematian dini.
“Kerangka kerja kami memungkinkan para peneliti untuk menemukan mekanisme potensial yang memengaruhi hasil hidup serta kemungkinan terkait untuk intervensi yang dipersonalisasi, tulis tim di balik Life2vec.***
Teknologi
Percaya Nggak? Pengaspalan Jalan Rusak Bisa Dilakukan Tanpa Menghentian Lalu Lintas
Kalau tidak melihat langsung atau setidaknya melihat videonya, tentu semua orang tak percaya bahwa perbaiki jalan raya yang rusak tidak akan mengganggu bahkan tidak menghentikan lalu lintas di jalan itu.
Kok bisa?!
Tentu bisa dong! Itu yang dilakukan oleh Badan Pemeliharaan Jalan di Negeri Swiss. Mereka mengembangkan teknologi yang bisa membuat pengaspalan jalan tidak mengganggu lalu lintas.
Dikutip dari Oddity Central, Badan pemeliharaan jalan Swiss telah mengembangkan jembatan bergerak yang cerdik yang memungkinkan pengaspalan jalan umum tanpa perlu menghentikan lalu lintas di jalur yang terdampak.
Kemacetan lalu lintas merupakan masalah yang tidak dapat dihindari dalam pemeliharaan jalan, dan meskipun para ahli telah berupaya keras untuk menemukan solusi atas masalah logistik ini, pengendara masih harus menghadapinya setiap kali pekerjaan jalan diperlukan.
Namun, Kantor Jalan Federal Swiss mungkin telah menemukan solusi yang cukup cerdik untuk merevolusi pengaspalan jalan. Awal tahun ini, mereka meluncurkan Jembatan Astra, jembatan bergerak sepanjang 257 meter yang memungkinkan lalu lintas melewati beberapa bagian jalan sementara infrastruktur sedang diperbaiki di bawahnya.
Konsepnya sangat sederhana sehingga hampir membuat Anda bertanya-tanya mengapa para insinyur butuh waktu lama untuk menciptakannya, tetapi ada alasan mengapa Jembatan Astra adalah yang pertama dari jenisnya – tidak sesederhana kedengarannya.
Manajer proyek Jembatan Astra, Jürg Merian, alias ‘Mr. Astra Bridge’, terinspirasi oleh jalan layang yang dilihatnya di Austria, lebih dari satu dekade lalu.
Alat modular itu dibuat oleh perusahaan Waagner Biro untuk kantor jalan raya nasional negara itu, Asfinag, dan terdiri dari beberapa bagian yang dapat ditempatkan di atas ruas jalan, sehingga mobil dapat lewat sementara pekerja melakukan perbaikan di bawahnya. Swiss akhirnya memesan satu jalan layang seperti itu, tetapi Merian tidak sepenuhnya puas dengannya.
Lahirnya Jembatan Astra
Meskipun jalan layang itu tentu dapat digunakan, jalan itu memiliki kekurangan yang serius. Pertama-tama, jalan itu tidak dapat dipindahkan, jadi memindahkan modul dari satu tempat ke tempat lain sama sekali tidak mudah, dan kondisi kerja orang-orang yang bekerja keras di bawahnya sangat buruk.
Ruang di bawah jalan itu hanya 1,6 meter, jadi pekerja yang lebih tinggi dari itu harus selalu mengawasi kepala mereka, dan kebisingan jalan yang terukur di ruang itu terkadang melampaui 100 desibel.
Beberapa tahun yang lalu, Jürg Merian berupaya menyempurnakan konsep jalan layang, dan lahirlah Jembatan Astra 1.0. Strukturnya diletakkan di atas roda, dan bagian atasnya diisolasi dengan lebih baik sehingga kebisingan jalan tidak menjadi masalah besar.
Jembatan itu juga jauh lebih lebar (5 meter) dan lebih tinggi (3 meter).
Sayangnya, jembatan itu memiliki kekurangan lain yang akhirnya membuatnya gagal. Selama uji cobanya pada tahun 2022, Jembatan Astra harus dibongkar karena tekanan publik, meskipun baru seperempat dari pekerjaan pemeliharaan yang dijadwalkan telah selesai.
Jalan landai yang curam menuju jembatan membuat truk dan kendaraan lain yang lebih rendah melambat hampir berhenti, menciptakan kemacetan lalu lintas sepanjang kilometer.
Versi baru ini memiliki gradien tanjakan yang berkurang drastis sebesar 1,25 persen, dibandingkan dengan versi sebelumnya (6,1 persen), sehingga mudah dikendarai pada kecepatan yang disarankan yaitu 60 km/jam. Jembatan ini telah digunakan di Recherswil, Solothurn, selama berminggu-minggu sekarang tanpa kemacetan lalu lintas.
Jembatan ini masih belum sempurna, karena banyak pengendara tidak menyangka jembatan sepanjang 257 meter itu akan muncul di tengah jalan tol dan memperlambat laju kendaraan lebih dari yang seharusnya, sementara pengendara lain di jalur yang berdekatan melakukan hal yang sama hanya untuk melihat Jembatan Astra dan para pekerja di bawahnya. Meski begitu, jembatan bergerak ini dianggap sukses.
Selain mencegah kemacetan dan kemacetan lalu lintas, Jembatan Astra juga melindungi pekerja dari terik matahari dan hujan serta menghilangkan kebutuhan mereka untuk bekerja di malam hari saat lalu lintas jalan raya lebih lengang.
Lima tawaran diterima dari perusahaan konstruksi untuk ruas jalan tol tempat Jembatan Astra digunakan, lebih banyak dari biasanya, karena banyak perusahaan menghindari proyek yang memerlukan pekerjaan malam hari.
Jembatan Astra harus dipasang di jalan yang perlu diaspal, kemudian ditarik dengan kecepatan 0,5 km/jam dari satu ruas jalan ke ruas jalan berikutnya. Meskipun para pekerja hanya dapat mengaspal setengah dari permukaan jalan yang biasanya mereka lakukan jika ruas jalan tersebut ditutup, Kantor Jalan Raya Federal Swiss menganggap bahwa manfaat menggunakan Jembatan Astra lebih besar daripada kerugiannya.***
Teknologi
Celana Hiking Bertenaga Motor yang Meningkatkan Kekuatan Kaki hingga 40 Persen, Mau?
Anda penggemar hiking? Silahkan baca ulasan menarik ini tentang celana hiking bertenaga motor. Celana ini akan sangat membantu, terutama untuk mereka yang ingin hiking namun merasa tak memiliki stamina yang cukup.
Jangan khawatir. Celana ini bisa jadi solusinya.
Dikutip dari Oddity Central, Celana Hiking Arc’tryx MO/GO dilengkapi dengan rangka luar internal yang ditenagai oleh motor bertenaga yang dapat meningkatkan kekuatan kaki pemakainya hingga 40 persen dan membuat mereka merasa lebih ringan 30 pon.
Rangka luar bertenaga motor telah menjadi kenyataan selama bertahun-tahun, terutama di bidang medis, tetapi tidak demikian halnya di bidang rekreasi.
Hal itu akan segera berubah, karena merek luar ruangan Arc’teryx dan perusahaan spinoff Google Skip baru-baru ini bekerja sama untuk menciptakan “celana bertenaga pertama di dunia”.
Disebut MO/GO (kependekan dari ‘kambing gunung’), pakaian inovatif ini lebih dari sekadar pakaian. Itu dilengkapi dengan struktur pendukung serat karbon khusus yang menyalurkan daya dari motor terintegrasi yang dikendalikan AI di lutut ke otot-otot kaki pemakainya selama pendakian dan mengurangi tekanan pada lutut mereka selama penurunan.
Dipasarkan sebagai alat mobilitas, celana MO/GO dirancang untuk membuat kegiatan mendaki lebih mudah dilakukan oleh orang-orang yang mungkin tidak memiliki daya tahan untuk melakukannya.
“MO/GO terasa seperti perpanjangan alami tubuh, meningkatkan mobilitas tanpa menarik perhatian,” kata pencipta celana tersebut. “Desain ramping dan ramping ini membedakannya dari perangkat medis yang tersedia saat ini.”
Motor yang terletak di sisi lutut ditenagai oleh baterai yang terletak di sekitar pinggang celana, dan dilaporkan dapat membantu pemakainya selama pendakian selama sekitar tiga jam dengan pengisian daya penuh. Baterai terisi ulang secara otomatis saat pemakainya berjalan menuruni bukit.
Meskipun celana MO/GO beratnya sekitar tujuh pon dengan motor dan baterai yang disertakan, pendiri Skip Kathryn Zealand dan Anna Roumiantseva mengatakan, celana tersebut dapat membuat pemakainya merasa 30 pon lebih ringan saat mendaki.
Serangkaian sensor memasukkan data ke modul komputer bertenaga AI yang menyesuaikan tingkat bantuan secara real time tergantung pada medan dan gaya berjalan pemakainya. Namun, pengguna dapat mengabaikan mode bantuan otomatis dengan menyentuh sebuah tombol.
Meskipun motor pada Celana Hiking Arc’tryx MO/GO tidak terlalu mencolok, namun motor tersebut jauh lebih ramping dibandingkan sebagian besar rangka luar modern yang pernah kita lihat dan terintegrasi dengan baik dengan celana hiking Gamma buatan perusahaan tersebut.
Harga Mahal?
Sayangnya, satu hal yang tidak dimiliki Celana Hiking MO/GO adalah harganya yang murah. Celana ini diperkirakan akan hadir di pasaran pada tahun 2025 dengan harga eceran sekitar $5.000, yang jauh lebih mahal daripada yang kebanyakan orang rela keluarkan untuk membeli perlengkapan hiking.
Namun, jika celana ini benar-benar dapat meningkatkan kekuatan kaki hingga 40 persen, celana ini layak dipertimbangkan, terutama bagi orang-orang yang menyukai aktivitas luar ruangan tetapi tidak memiliki kekuatan atau stamina yang diperlukan.
Untungnya, membeli celana MO/GO bukanlah satu-satunya pilihan. Arc’tryx telah mengumumkan bahwa kreasi inovatifnya juga akan tersedia untuk disewa selama delapan jam di jalur hiking tertentu di AS Barat dan Kanada seharga $80.
Itu sebenarnya sangat masuk akal, karena kebanyakan orang akan enggan menghabiskan ribuan dolar untuk sesuatu yang belum pernah mereka coba. Ditambah lagi, beberapa orang tidak cukup sering mendaki untuk membenarkan investasi tersebut, dan lebih suka menyewanya untuk acara tertentu.
Eksoskeleton menjadi sangat populer akhir-akhir ini. Tahun lalu, misalnya, kami memperkenalkan pakaian luar ringan yang dapat membantu orang berlari lebih cepat.***
-
Lifestyle2 weeks ago
Enam Cara Atasi Nyeri Leher Akibat Terlalu Lama di Depan Komputer
-
Teknologi2 weeks ago
PLTU Tanjung Jati B Unit 5 dan 6 Gunakan Teknologi Ultra-Supercritical untuk Kurangi Emisi Karbon
-
Headline2 weeks ago
Yang Mau Dukung Indonesia Vs Jepang, Arab Saudi di GBK Senayan, Segera Registrasi GarudaID
-
Olahraga2 weeks ago
Menpora Dito Ariotedjo Sambut Juara Dunia WorldSSP300 2024, Aldi Satya Mahendra
-
Headline1 week ago
Ngeri! Ilmuwan Ciptakan Sistem AI yang Dapat Prediksi Waktu Kematian dengan Akurasi yang Mengejutkan