- Advertisement -Newspaper WordPress Theme
EkonomiWamenkeu Cerita Cara Kelola Dana Abadi LPDP, dari Rp 1 Triliun menjadi...

Wamenkeu Cerita Cara Kelola Dana Abadi LPDP, dari Rp 1 Triliun menjadi Ratusan Triliun


TEMPO.CO, Jakarta – Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjelaskan perkembangan dari dana abadi pendidikan yang dikelola Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Dia mengatakan bahwa dana abadi itu merupakan tabungan yang dimulai pada tahun 2007 dan diinisiasi oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati.

Pada 2007 itu awalnya dana abadi hanya Rp 1 triliun yang disisihkan dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) berasal dari penerimaan negara berupa pajak, kepabeanan, dan cukai, serta penerimaan bukan pajak. Dana tersebut dikelola dan ternyata prospeknya cukup baik. Setahun kemudian duit yang disisihkan ditambah lagi, begitu pula tahun-tahun berikutnya hingga sekarang.

“Kita sisihkan itu kadang pas naik, kadang juga tahun-tahun yang kita turun. Sekarang uang yang tadinya kita sisihkan Rp 1 triliun itu di rekeningnya LPDP nilainya sebesar Rp 130 triliun lebih,” ujar dia dalam siaran langsung di akun YouTube Kemenkeu RI dikutip Kamis, 10 Agustus 2023.

Kemudian, hasil dari pengelolaan dana abadi tersebut dipakai untuk memberangkatkan mahasiswa penerima beasiswa LPDP setiap tahunnya. Duit tersebut disimpan dalam satu account yang dikunci dan tidak boleh digunakan, hanya boleh dikembangkan dengan cara pengelolaan yang benar dan transparan. 

“Yang boleh dipakai apanya? Hasil pengelolaan Rp 1 triliun itu. Apa yang paling gampang, ya sudah masukin saja ke deposito, berapa itu bunganya kalau deposito Rp 1 triliun,” tutur Suahasil. “Disebut dana abadi itu karena tidak boleh digunakan, yang boleh hasil pengelolaannya.”

Iklan

Suahasil juga mengatakan saat berkuliah dulu di Cornell University, Amerika Serikat, dia mengingat bertemu dengan teman-teman baru. Salah satunya yang berasal dari Malaysia, dan sekolahnya dibayar oleh negara. 

Suahasil saat itu mengaku iri dengan orang Malaysia itu, sementara dirinya mencari beasiswa bukan dari negaranya sendiri. “Kita nyari beasiswa itu ke segala macam tempat malah lagi ada buka program studi apa yang ada beasiswanya sudah daftar saja deh asal dapat beasiswa,” ucap dia.

Menurut dia, dulu cara mencari beasiswanya sulit. Bahkan, Suahasil hampir ingin masuk program studi astronologi untuk S3, karena ada beasiswanya. “Tapi poinnya adalah yang Anda lakukan nyari beasiswa itu ya dilakukan oleh semua generasi sebelum Anda,” tutur Suahasi.





Source link

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exclusive content

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme

Latest article

More article

- Advertisement -Newspaper WordPress Theme